Penyakit Autoimun: Penyebab, Gejala, dan Cara Mencegahnya
Anda mungkin pernah mendengar bahwa aktris Selena Gomez beberapa waktu lalu terkena penyakit autoimun lupus. Atau, penyanyi Cita Citata yang baru-baru ini mengaku menderita autoimun akibat treatment kecantikan yang salah.
Penyakit ini memang mulai santer terdengar sejak beberapa tahun ke belakang dan menjadi momok yang meresahkan karena berpotensi memperburuk kualitas hidup. Mari, pahami autoimun lebih dalam.
Apa Itu Autoimun?
Sebelum membahas autoimun, ada baiknya Anda memahami cara kerja sistem imun terlebih dahulu.
Sistem imun merupakan mekanisme tubuh untuk melindungi diri dari sumber penyakit dari luar tubuh. Untuk melakukannya, sistem imun harus bisa membedakan bakteri atau virus dengan sel-sel dan jaringan dalam tubuh.
Namun, pada kasus autoimun, sistem imun gagal melakukannya. Sebaliknya, sistem imun justru melihat sel dan jaringan sebagai “musuh”, lalu menyerangnya.
Jadi, penyakit autoimun artinya kondisi ketika sistem imun menyerang sel dan jaringan tubuh penderita. Sebagian contoh penyakit akibat kondisi autoimun adalah arthritis, psoriasis, lupus, dan diabetes tipe 1.
Apakah Autoimun Sama dengan Kanker? Apakah Bisa Menular?
Pertanyaan tersebut kerap ditanyakan, dan jawaban keduanya adalah tidak.
Meski autoimun dan kanker berakar dari disfungsi sistem imun, keduanya sangat berbeda. Pada autoimun, sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat, sedangkan kanker melibatkan pertumbuhan sel yang tak terkendali.
Lalu, apakah autoimun menular?
Tidak, autoimun tidak bisa menular. Penyebab autoimun lebih terkait dengan faktor genetik atau lingkungan.
Penyebab Autoimun
Autoimun merupakan kondisi yang kompleks dan efeknya sangat bervariasi pada setiap orang. Maka dari itu, penyebab pasti penyakit autoimun belum berhasil ditemukan. Meski begitu, kondisi-kondisi berikut berpotensi meningkatkan risiko penyakit autoimun:
1. Faktor Keturunan dan Etnis
Keturunan dan etnis tertentu cenderung rawan terkena penyakit autoimun. Hal ini berkaitan dengan faktor genetik yang diturunkan antar generasi.
Baca Juga: 12 Makanan yang Mengandung Vitamin D untuk Kesehatan Optimal
Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa masyarakat kulit putih Eropa dan Amerika cenderung rawan terkena penyakit autoimun di bagian otot. Sementara itu masyarakat dengan keturunan Afrika, negara latin, atau Spanyol lebih rentan terkena penyakit lupus.
2. Paparan Zat atau Unsur Tertentu
Paparan berlebih terhadap bahan kimia seperti pestisida atau merkuri bisa mengganggu sistem imun sehingga meningkatkan potensi penyakit autoimun. Selain itu, radiasi sinar UV yang berlebih juga bisa memberikan dampak yang sama.
3. Pola Makan dan Gaya Hidup
Pola makan yang didominasi makanan olahan serta tinggi gula dan lemak jenuh berpotensi menyebabkan inflamasi dan merusak mikrobioma tubuh dan meningkatkan munculnya penyakit autoimun. Selain itu, gaya hidup tak sehat seperti sering begadang atau stres berlebihan juga memberi dampak yang sama.
4. Gangguan Hormonal
Gangguan hormon kerap menjadi penyebab autoimun pada wanita. Beberapa hormon pada wanita punya peran dalam mengatur daya tahan tubuh, sehingga adanya ketidakseimbangan atau disrupsi seperti pubertas, kehamilan, atau menopause bisa berdampak pada daya tahan tubuh.
5. Penggunaan Obat-obatan Tertentu
Beberapa jenis obat-obatan, terutama yang bersifat imunomodulator bisa berkontribusi terhadap perkembangan penyakit autoimun. Beberapa contoh obat tersebut adalah obat yang digunakan saat proses transplantasi atau pengobatan kanker.
Gejala Autoimun
Orang yang menderita penyakit autoimun bisa merasakan berbagai keluhan pada tubuh. Meski ciri-ciri autoimun pada setiap orang bisa berbeda-beda, beberapa gejala umumnya adalah:
- Cepat lelah
- Persendian sakit dan bengkak
- Demam
- Masalah pencernaan
- Rambut rontok
- Kulit kemerahan
Tak hanya itu, tanda autoimun juga bisa terlihat dari aspek psikologis, misalnya:
- Rasa cemas berlebihan
- Depresi
- Sulit berpikir atau sulit fokus
Meski gejalanya terlihat umum, proses diagnosis gejala awal autoimun hanya boleh dilakukan oleh dokter. Sebaiknya hindari diagnosis mandiri jika mengalami hal-hal tersebut.
Apakah Autoimun Bisa Sembuh?
Secara umum, penyakit autoimun tidak bisa sembuh. Pasalnya, hampir seluruh penyakit autoimun merupakan kondisi kronis, sehingga bisa memperburuk kualitas hidup.
Meski begitu, beberapa penyakit autoimun seperti psoriasis atau rheumatoid arthritis bisa masuk ke fase remisi, alias berhenti sementara. Peluangnya semakin besar jika penyakitnya terdeteksi sejak awal dan segera ditangani.
Maka dari itu, metode penanganan penyakit autoimun berfokus pada mengontrol gejala secara berkelanjutan. Beberapa cara mencegah autoimun kambuh adalah perubahan gaya hidup dan pola makan, rutin melakukan kontrol atau terapi, serta mengonsumsi obat-obatan.
Pencegahan Autoimun
Tak ingin terkena penyakit autoimun? Anda bisa melakukan beberapa hal ini dengan konsisten:
1. Menjaga Pola Makan dan Gaya Hidup
Perkuat daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, seperti sayur-sayuran, buah-buahan, serta protein hewani yang minim lemak. Lalu, rutin berolahraga, menghindari rokok, dan membatasi konsumsi alkohol juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh.
2. Mengelola Stres dengan Baik
Stres berlebih dapat berimbas pada daya tahan yang buruk. Untuk itu, Anda bisa mempraktikan hal-hal yang mendukung relaksasi, seperti meditasi, yoga, journaling, atau bercengkerama dengan orang-orang terkasih.
3. Rutin Mengonsumsi Vitamin D
Peran vitamin D sangat penting dalam proses regulasi sistem kekebalan tubuh. Vitamin ini memiliki kemampuan memproduksi zat antibakteri, antivirus, dan antipatogen. Selain itu, vitamin D punya sifat anti-inflamasi yang bisa menekan risiko penyakit autoimun.
Untuk Anda yang aktif dan tidak sempat berjemur pagi hari, mengonsumsi kapsul vitamin D seperti Sido Muncul Natural Vitamin D3 bisa menjadi solusi. Dengan kandungan 400 IU, vitamin D3 Sido Muncul bisa menyuplai kebutuhan vitamin D Anda setiap hari.
Baca Juga: Sido Muncul Natural Vitamin D3 400 IU: Manfaat & Dosis Minum
Penyakit autoimun tak bisa diobati, namun bisa dicegah. Ayo, mulai atur gaya hidup dan tingkat stres, serta konsumsi vitamin D Sido Muncul demi kesehatan jiwa dan raga.
Masuk